Pendahuluan
Minyak
Bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia
modern saat ini. Bahan Bakar untuk
kendaraan bermotor (BBM) seperti Premium, Pertamax, Solar merupakan hasil
olahan dari Minyak Bumi. Minyak Bumi yang diambil dari pertambangan Sumur
Minyak sebelum diolah menjadi minyak yang kita kenal sekarang ini adalah
berbentuk cairan kental dan berwarna coklat gelap atau berwarna kehijauan.
Banyak
orang sebelum membeli kendaraan mobil mempertimbangkan bahan bakar yang dipakai
oleh mobil tersebut.Salah satu bahan bakar yang banyak dipakai oleh mesin
kendaraan umum adalah bahan bakar solar.
Bahan
bakar solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah
bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang jernih (Pertamina: 2005). Penggunaan
solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin Diesel
dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai
bahan bakar pada pembakaran langsungdalam dapur-dapur kecil yang terutama
diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil,
Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel (Pertamina: 2005).
Negara-Negara Penghasil Solar
Berdasarkan
Investopedia, Negara penghasil minyak terbesar di dunia adalah Amerika Serikat
dengan hasil produksinya sebesar 12,31 juta barrel per hari. Meskipun penghasil
minyak Terbesar di Dunia, Amerika Serikat bukanlah anggota OPEC, karena hasil minyak
bumi tersebut banyak dikonsumsi di dalam negaranya sendiri. Urutan kedua
ditempati oleh Arab Saudi yang merupakan anggota OPEC dengan jumlah produksi
11,59 juta barrel per hari. Sedangkan Rusia menempati urutan ketiga dengan
jumlah produksi minyak bumi sebesar 10,53 barrel per hari.
Berikut
ini adalah Daftar 10 Negara Penghasil Minyak Terbesar di Dunia beserta jumlah
produksi dalam barrel per hari atau disingkat dengan bbl/d (barrel per day).
1. Amerika
Serikat
Produksi
: 12,31 juta barel per hari
Benua
: Amerika Utara
Keterangan
: Bukan Anggota OPEC
2. Arab
Saudi
Produksi
: 11,59 juta barel per hari
Benua
: Asia (Timur Tengah)
Keterangan
: Anggota OPEC
3. Rusia
Produksi
: 10,53 juta barel per hari
Benua
: Asia dan Eropa
Keterangan
: Bukan Anggota OPEC
4. China
Produksi
: 4,46 juta barel per hari
Benua
: Asia
Keterangan
: Bukan Anggota OPEC
5. Kanada
Produksi
: 4,07 juta barel per hari
Benua
: Amerika Utara
Keterangan
: Bukan Anggota OPEC
6. Uni
Emirat Arab
Produksi
: 3,23 juta barel per hari
Benua
: Asia (Timur Tengah)
Keterangan
: Anggota OPEC
7. Iran
Produksi
: 3,19 juta barel per hari
Benua
: Asia (Timur Tengah)
Keterangan
: Anggota OPEC
8. Irak
Produksi
: 3,06 juta barel per hari
Benua
: Asia (Timur Tengah)
Keterangan
: Anggota OPEC
9. Meksiko
Produksi
: 2,91 juta barel per hari
Benua
: Amerika Utara
Keterangan
: Bukan Anggota OPEC
10. Kuwait
Produksi
: 2,81 juta barel per hari
Benua
: Asia (Timur Tengah)
Keterangan
: Anggota OPEC
Provinsi
Kalimantan Timur termasuk provinsi penghasil minyak bumi paling besar di
Indonesia termasuk sebagai penyedia solar industri. sehingga banyak terdapat
perusahaan-perusahaan sebagai agen solar industri.
Skema proses
pembuatan BBM
Proses
diawali dengan pencarian minyak bumi, lalu kalau sudah ketemu minyaknya dan
isinya cukup banyak, dilanjutkan dengan pemompaan. Tentunya prosesnya tak hanya
dipompa saja, setelah itu masih perlu pemisahan dengan air dan kotoran lainnya.
Untuk sumur-sumur yang sudah tua dan hasil minyak sudah menurun, perlu
ditambahkan teknologi untuk mengambil sisa-sisa minyak yang masih terperangkap
di batu-batuan. Teknologinya disebut Enhanched Oil Recovery bisa dengan penambahan
uap panas, cairan surfaktan, gas Karbon Dioksida atau bahan kimia lain.
Tentang Bahan Bakar Solar
Berdasarkan
informasi dari Ensiklopedia Britannica, minyak bumi diperkirakan pertama kali
ditemukan pada 5000 tahun SM oleh bangsa Asyiria, Sumeria, dan Babilonia kuno.
Cara mendapatkan minyak bumi tersebut tidak dilakukan dengan cara pemboran yang
sama dengan era saat ini, akan tetapi bangsa-bangsa tersebut memperoleh minyak
bumi dengan mengambilnya di permukaan bumi karena minyak bumi tersebut merembes
sampai ke permukaan. Bangsa-bangsa tersebut memanfaatkan minyak bumi sebagai
obat luka, pencahar, atau pembasmi kutu.
Berkembangnya
teknologi yang ada saat ini, menyebabkan perkembangan sarana dengan menggunakan
bahan bakar minyak bumi juga ikut berkembang, contohnya kendaraan bermotor.
Perkembangan ini juga menyebabkan pemisahan jenis bahan bakar minyak yang
semakin beragam. Crude oil atau minyak mentah didestilasi menjadi beberapa
fraksi bahan bakar seperti bensin, solar, minyak tanah, hingga aspal.
Solar
adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses pengolahan
minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksi-fraksinya pada
proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih 250°C
sampai 300°C. Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane (pada bensin
disebut oktan), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar mengalami
pembakaran di dalam mesin serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan (knocking),
semakin tinggi bilangan cetane ada solar maka kualitas solar akan semakin
bagus.
Karakteristik Solar
Solar merupakan salah satu dari 3
jenis minyak diesel. Minyak diesel sendiri merupakan hasil produk kelas
desitilasi tengah. Yakni dari proses destilasi penyulingan minyak mentah (crude
oil). Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai solar, akan terlebih dahulu
dikemukakan beberapa perkara penting mengenai minyak diesel.
Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik
tertentu sama halnya dengan jenis bahan bakar lainnya. berikut karakteristik
yang dimiliki fraksi solar:
·
Tidak berwarna atau terkadang
berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
·
Tidak akan menguap pada
temperatur normal.
·
Memiliki kandungan sulfur
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin dan kerosen.
·
Memiliki flash point (titik
nyala) sekitar 40°C sampai 100°C.
·
Terbakar spontan pada
temperatur 300°C.
·
Menimbulkan panas yang tinggi
sekitar 10.500 kcal/kg.
Pada umumnya solar digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermesin diesel ataupun peralatan-peralatan industri lainnya. Agar menghasilkan
pembakaran yang baik, solar memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar yang
telah ditentukan.
Berikut
persyaratan yang menentukan kualitas solar:
·
Mudah terbakar.
·
Tidak mudah mengalami
pembekuan pada suhu yang dingin.
·
Memiliki sifat anti knocking
dan membuat mesin bekerja dengan lembut.
·
Solar harus memiliki
kekentalan yang memadai agar dapat disemprotkan oleh ejector di dalam mesin.
·
Tetap stabil atau tidak
mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna dalam proses penyimpanan.
·
Memiliki kandungan sulfur
sekecil mungkin, agar tidak berdampak buruk bagi mesin kendaraan serta tidak
menimbulkan polusi.
Senyawa Bahan Bakar
Solar/Diesel
Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa
hidrokarbon dan senyawanonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan
dalam bahan bakar diesel antaralain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik.
Sedangkan untuk senyawa nonhidrokarbon terdiridari senyawa yang mengandung
unsur non logam, yaitu S, N, O dan unsur logam seperti vanadium, nikel dan
besi. ASTM mengklasifikasikan bahan bakar diesel menjadi tiga tingkatan,yaitu :
Tingkat 1-D - Merupakan bahan bakar yang volatile untuk mesin
dengan perubahan kecepatan dan loading yang berfrekuensi, misalnya untuk
kendaraan bermotor.
Tingkat 2-D - Merupakan bahan bakar dengan volatilitas lebih
rendah untuk mesin industri, mesin kapal laut dan lokomotif.
Tingkat 4-D - Bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah
untuk mesin berkecepatan rendah dan sedang.
Karateristik Umum Minyak
Diesel
Karakteristik yang umum perlu diketahui untuk menilai kinerja
bahan bakar diesel antara lain viskositas, angka setana, berat jenis, titik
tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas, kadar residu karbon, kadar air dan
sedimen, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur, dan titik nyala.
Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan
dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu
yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin
tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini
sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel.
Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta
ukuran lubang injektor. Viskositas yang lebih tingi akan membuat bahan bakar
teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum tinggi dan
memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif
lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame dan peningkatan deposit dan
emisi mesin.
Angka Setana
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala
sendiri (auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan
referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl
naphtalene (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana
memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan
heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar
biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan campurannya
tersebut.
Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume,
karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh
mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel
diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan
kilogram per meter kubik (kg/m3).
Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume,
karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh
mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel
diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan
kilogram per meter kubik (kg/m3).
Nilai Kalor Pembakaran
Nilai kalor pembakaran menunjukkan energi kalor yang
dikandung dalam tiap satuan massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan
bomb kalorimeter kemudian dimasukkan dalam rumus : Nilai Kalor (kcal/kg) =
{8100 C + 3400 ( H – O/8)} : 100
Volatilitas
Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk
berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang
rendah menandakan tingginya volatilitas.
Kadar Residu Karbon
Kadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang
mempunyai titik didih lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi
hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran
yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini
dapat membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.
Kadar Air dan Sedimen
Pada negara yang mepunyai musim dingin kandungan air yang
terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat
aliran bahan bakar. Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan
pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar.
Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.
Indeks Diesel
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada
bahan bakar mesin diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar
diesel dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar
dapat menyala di ruang pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara
menentukkan indeks diesel dari suatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini Indeks
Diesel = {Titik Anilin (oF) x API Gravity} : 100
Titik Embun
Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang
berwarna suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel
dalam proses pendinginan. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan
metoda ASTM D97.
Kadar Sulfur
Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan
pertama (straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan
diolah. Pada umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari
kandungankandungan dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan
dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan pada
bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang
terbentuk ketika terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan
oksida belerang seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan
menggunakan metode ASTM D1551.
Titik nyala ( flash point)
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan
bakar dapat menyala. Hal ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan
penanganan bahan bakar.